Hukum Sebab Akibat


Masalah…penyakit aneh…halangan rejeki…dkk karena kita sendiri yang membuatnya di waktu sebelumnya… Teknik Mahakosmos adalah sangaaaat sederhana…kesederhanaan yg memunculkan keluarbiasaan. Yaitu menemukan Cahaya Illahi (RuhNya) dalam diri kita sendiri, pengiring seperjalanan turun ke dunia dan pulang kembali. Dan menjadi obat segala masalah kehidupan.
Keselarasan antara ragawi, spirit dan RuhNya…dimensi Cahaya. Penyembuhan Mahakosmos juga sangat sederhana, hanya mencari penyebabnya kenapa kita dikasih ujian sakit tak kunjung sembuh….kenapa bisnis jadi macet…kenapa rumah tangga berantakan…kenapa selalu dirundung masalah….kenapa saya diguna-guna orang…. Kalau jawabnya:yah….sudah takdir Allah. Ya terima saja, ini namanya menyerah total. Padahal kita dikarunia pikiran. Atau banyak juga yg menyalahkan Allah, dan agama, jadilah menjauhi agama….ini namanya akal dan pikiran sudah tersumbat.
Allah menjadikan alam semesta dan aturan mainnya dengan ketelitian yg sangat Luarbiasa. Salah satunya Hukum Sebab Akibat. Masalah, penyakit, kesulitan yg terjadi….karena kita sendiri yg membuatnya….di waktu lalu sebelumnya.


Dalam setiap terapi, hukum sebab akibat inilah yg terjadi. Serngkali saya temui yg berpenyakit kronis…atau penyakit aneh tak tersembuhkan…ternyata masalahnya adalah: traumatik, kesalahan sama istri, sama anak, orang tua, atau kadang rekan kerja….. Ketika sumbatan itu diikhlaskan…diserahkan kepada Allah, ternyata sakitnya sembuh total.
Demikian juga masalah2 yg selalu datang dalam hidup…ternyata sepele…banyak maksiat…dan suka mencederai hak orang lain. Atau, penyakit tak tersembuhkan…sering sesak..radang…ternyata setelah direnungi dengan olah hati….penyebabnya karena dulu pernah sakit hati ditinggal kawin tunangannya….
Atau ada masalah rejeki yg tersumbat….ternyata setelah tepekur direnungi…penyebabnya adalah orang tua yg sakit hati….karena ucapan sering menyakiti perasaan orang tua. Ridho Allah, adalah ridho orang tua. Alam semesta menutup pintu rejekinya. Atau gangguan tekanan darah, diabetes, asam urat, kolestrol, toserba…semuanya ada…..setelah direnungi….penyebabnya adalah “terbiasa” korupsi….
Namun apapun itu, Mahakosmos adalah cara sederhana utk tafakur, tepekur merenungi “ada apa dalam diri…sumbatan apa…penghalang apa dalam diri…..” atas segala masalahnya. Indera Hati adalah indera yg paling tajam menganalisis…level energi quanta….sehalus apapun. Baik energi penyakit, karakter, sifat, sumbatan rejeki….dosa, kotoran badan, traumatik, emosional, niat, motif, trend bisnis, atau apapun di sekitarnya, juga jiwa kita sendiri. Inilah yg disebut MENGENALI DIRI.
Sumbatan (penghalang atau hijab) yang telah diketemukan inilah yg kemudian kita introspeksi…sadari…mengakui…minta ampun…dan ikhlaskan..serahkan kepada Pemiliknya, yaitu Allah.

Dengan secepat cahaya, maka Cahaya Illahi dalam diri inilah yg mengantar sumbatan ini melesat….kembali kepada ke Sang Pemilik. Dan selesailah penyakitnya, masalahnya. Karena sudah pulang. Dengan ketekunan mengolah ketajaman rasa hati…akan bermanfaat dalam kehidupan…intuisi yg tajam.

Dan ketekunan melepas sumbatan tiap hari…tanpa disadari…telah mengurangi kotoran dosa yang telah kita buat sejak kecil hingga segede gini. Tanpa disadari….meningkatkan kualitas hidup…sehat…jauh dari masalah….rejeki mudah…sahabat berdatangan….rumah tangga sehat…tetangga harmonis…..dan pulang meninggalkan dunia dalam keadaan tentram bersih….didioakan sahabat dan pasukan langit.
Tanpa disadari lagi…..menemukan surga kehidupan. Surga dunia yg merupakan perwujudan surga kekal nantinya.
Salam Hormat,

sumber http://swarakesadaran.blogspot.com/2012/10/hukum-sebab-akibat.html 



Semua orang ingin sukses dalam kehidupan. Oleh karenanya banyak diawarkan teori dan buku mengungkap rahasia sukses.Namun pada intinya rahasia sukses adalah berpangkal dari pemahaman dan pelaksanaan tentang kaidah kausalitas atau kaidah sababiyah/ hukum sebab-akibat.
Kaedah sababiyah/hukum sebab-akibat atau disebut As-Sababiyyah (Kaidah Kausalitas) adalah : upaya untuk mengaitkan sebab dengan akibatnya dan merupakan landasan dalam menjalankan berbagai aktivitas (qa’idah ‘amaliyyah) dan meraih berbagai tujuan. Sedangkan fatalisme bertentangan dengan prinsip atau kaidah kausalitas karena tidak berupaya untuk mengaitkan sebab dengan akibat.

As-Sababiyyah adalah upaya untuk mengaitkan sebab-sebab fisik dengan akibat-akibatnya yang juga bersifat fisik dalam rangka mencapai target dan tujuan tertentu. Upaya tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui seluruh sebab yang mampu mengantarkan pada tercapainya tujuan serta mengaitkannya dengan seluruh akibat secara benar.
Disatu sisi seorang muslim wajib bertawakkal kepada Allah dalam setiap urusannya. Tawakkal artinya mewakilkan seluruh aktivitasnya atau segala sesuatu pada Allah SWT. Hanya saja perlu disadari bahwa masalah tawakkal adalah kerja hati yang tidak boleh rancu dengan usaha atau ikhtiar yang mengharuskan berlakunya hukum sebab-akibat. Terkadang fenomena di masyarakat bertolak belakang, bahwa seseorang belum melakukan banyak upaya, tetapi ketika gagal beralasan bahwa ini adalah kehendak Allah yang harus disikapi dengan pasrah.
Memang pasrah terhadap kehendak (irodah) Allah adalah bagian dari Iman, tetapi sikap demikian sebelum melakukan serangkaian sebab-musabab adalah fatalistic alis putus asa, tanpa melakukan perbaikan untuk mewujudkan hasil yang lebih baik.
Fatalisme atau sikap pasrah secara total (at-tawakuliyyah) menunjukkan tidak adanya upaya untuk mengaitkan sebab dengan akibat. Fatalisme menunjukkan pada adanya sikap merasa puas dengan hanya menjalani sebagian sebab dan lebih banyak menyandarkan diri pada perkara ghaib yang tidak mungkin diketahui.
Fatalisme akan nampak dalam dua perkara, yaitu : Pertama, Tidak adanya upaya untuk menjalani seluruh sebab yang bisa mengantarkan pada tujuan. Kedua, adanya upaya meremehkan keterkaitan antara sebab dengan akibat atau adanya sikap menyandarkan diri pada perkara gaib.
PEMAHAMAN AS-SABABIYYAH | HUKUM SEBAB-AKIBAT
As-Sababiyyah termasuk pemahanan Islam yang berkaitan dengan perilaku keseharian seorang Muslim. Fakta akibat meninggalkan kaidah kausalitas : kemunduran umat, hilangnya kejelasan as-sababiyyah ini dari diri umat, bercampur-baur dengan kerancuan pemahaman tentang konsep tawakkal, takdir, ilmu Allah yang azali, dan kepasrahan terhadap qadriyyah ghaibiyyah (kekuatan ghaib), bersikap pasif, berdiam diri, tertinggal dalam berbagai bidang, bahkan mulai menanggalkan ke-Islam-annya dan menjauhkan Islam dari kehidupan, asyik terlena dengan pemikiran-pemikiran barat, umat semakin merosot.
Namun pribadi muslim yang tangguh yang sukses dalam meraih cita-citanya, tidak pernah merasa rela terhadap perkara-perkara yang pada umumnya diridhai oleh kebanyakan orang, tidak mau menjadi objek (sasaran) yang dikendalikan keadaan, secara konsisten dan terus-menerus untuk selalu menjadi subjek (pelaku) dan berusaha untuk bisa meraih berbagai target (al-ahdaf) dan mewujudkan berbagai tujuan akhir (al-ghayyah) dengan tidak melupakan target dan tujuan ketika beraktivitas. Tidak pernah merasa puas, jiwa mereka tidak merasa tenang, sebelum berhasil mencapai tujuan yang ditentukan Tidak akan melaksanakan suatu aktivitas yang tidak didasarkan pada perencanaan dan bersifat spontan. Senatiasa melakukan pengkajian dan membuat perencanaan sebelum melakukan aktivitas. Selalu meneliti sebab dan akibat, kemudian mengaitkan keduanya secara benar untuk mencapai hasil yang diharapkan dalam setiap aktivitas mereka, baik yang berkala besar maupun kecil.
MEREALISASIKAN AKTIVITAS
Perbuatan manusia diatur oleh akalnya dan dilakukan setelah didahului oleh pemikiran yang bersumber dari akal. Perbuatan manusia terjadi setelah adanya pengaitan akal dengan dorongan pemenuhan kebutuhan jasmani dan nalurinya.
Manusia berbeda-beda derajat kemuliaannya, bergantung pada perbedaan jenis pemikiran yang mengatur perilaku tatkala memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Manusia melakukan aktivitas untuk mewujudkan tujuan tertentu yang melatarbelakangi aktivitas tersebut.
Melaksanakan suatu aktivitas tanpa berusaha mencapai hasilnya adalah sia-sia. Manusia tanpa aktivitas tidak ada bedanya dengan benda mati. Sebaliknya, manusia yang tidak berusaha untuk meraih hasil dari aktivitasnya, tidak jauh berbeda dengan hewan.
Manusia berbeda dalam hal : aktivitas atau hasil yang ingin diraih masing-masing, perbedaan besarnya aktivitas masing-masing, berbeda kemampuan mengaitkan sebab dengan akibat serta dalam ambisi dan motivasinya, berbeda dalam kekuatan tuntutan kebutuhannya serta berbeda pula kekuatan dorongan dan motivasinya.
Agar hasil (tujuan) dari suatu aktivitas dapat diraih, berarti harus ada manusia; lebih dari itu, harus ada usaha dari manusia untuk melakukan aktivitas yang bersifat fisik, yang bisa mengantarkan manusia pada tercapainya hasil tersebut. Tanpa semua itu, seluruh usaha tidak akan terwujud. Demikian pula, tanpa usaha, suatu hasil (tujuan) tidak akan pernah diperoleh.
ASPEK KEMANUSIAN DALAM MERAIH HASIL
Aspek kemanusiaan dalam mencapai hasil suatu usaha ditentukan akal dalam berfikir dan kehendak (iradah). Fungsi akal adalah menetapkan sesuatu berdasarkan pemikiran sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, khususnya kaidah atau hukum sebab-akibat tersebut..
Iradah (kehendak) adalah kebulatan tekad terhadap kelangsungan suatu aktivitas, bagaimanapun berat dan melelahkan, disertai dengan keteguhan dan konsistensi di dalamnya yaitu mengetahui sebab-akibat yang dapat mengantarkan pada tercapainya tujuan, yaitu mengetahui seluruh sebab-sebab yang bisa mengantarkan tercapainya tujuan, baik bersifat kemanusiaan, yang bersifat material (harta), maupun yang lain.
“Disinilah letah rahasia sukses yang sebenarnya. Dan sukses dari semua aktivitas manusia berpangkal dari sini, yaitu mengetahui-memahami-dan mengamalkan semua sebab-sebab yang menghantarkan teraihnya musabab ( akibat/tujuan) yang kita inginkan”
“Meremehkan sesuatu yang sederhana yang bisa menyempurnakan seluruh sebab untuk mencapai tujuan, akan mengakibatkan kegagalan total dan menyia-nyiakan seluruh kekuatan.
Mengaitkan sebab dengan akibat secara benar, menyebabkan target bisa dicapai dalam waktu singkat, tanpa menyia-nyiakan kekuatan yang dikerahkan. Pengaitan yang benar antara sebab dan akibat merupakan keharusan agar bisa menjamin terwujudnya tujuan.
Memperhatikan hukum alam dan aturan kehidupan, tidak boleh hilang dari benaknya kesadaran bahwa usahanya tersebut harus selalu sesuai dan sejalan dengan hukum alam dan aturan kehidupan . Usahanya harus selaras dengan tolok ukur-tolok ukur fisik yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta alam, manusia dan kehidupan.
KEHENDAK DAN KEMAUAN DALAM MEWUJUDKAN CITA-CITA
-Kehendak yang sempurna, konsisten dan kontinu, tekad ada yang kuat dan ada yang lemah. Bahkan tekad bisa berubah-ubah pada diri seseorang dari waktu ke waktu bergantung pada mudah atau sulitnya aktivitas yang akan dilakukan.
-Faktor yang mempengaruhi kuat lemahnya iradah adalah kekuatan yang dimiliki manusia, baik kekuatan materi (quwwatul madiyah) , kekuatan maknawi (quwwatul ma’nawiyah) , ataupun kekuatan ruhani (quwwatur ruhiyyah) juga pemahamannya tentang kehidupan.
-Adanya perasaan butuh terhadap suatu aktivitas, iradah lahir dari perasaan, tanpa adanya perasaan, tidak akan lahir iradah. Untuk menjamin kebenaran hasil dari suatu aktivitas dan terwujudnya tujuan yang dicari, maka perasaan harus disertai dengan pemikiran. Pemikiran akan memperkuat perasaan yang ada dalam jiwa sehingga menjadi perasaan yang peka. Pemikiran inilah yang akan mengontrol dan menjadikan perasaan itu memiliki pengaruh. Jadi, perasaan akan melahirkan iradah, dan pemikiran dapat menjadikannya perasaan itu menjadi perasaan yang benar dan berpengaruh.
-Adanya keseimbangan antara dorongan dan cita-cita pada diri manusia dengan kemampuan dan fasilitas yang dimilikinya, kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh manusia tidak boleh melebihi dorongan dan cita-citanya, meskipun hanya sedikit. Keseimbangan keduanya harus selalu dijaga. Cita-cita yang besar dengan kemampuan yang terbatas dapat melahirkan keputusasaan. Cita-cita yang rendah dengan kemampuan yang besar kadang-kadang dapat melahirkan kecerobohan. Jadi, keseimbangan antara kemampuan dengan dorongan dan cita-cita serta upaya merealisasikan keseimbangan tersebut merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Kadangkala manusia dihadang oleh rasa putus asa akibat banyaknya kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam perjalanan mustahil dia bisa merealisasikan tujuannya, meskipun jalan yang terpangpang di hadapannya sangat jelas dan lurus.
Akal adalah pihak yang merencanakan dan memprogram, yakni dengan mengaitkan sebab dengan akibat.
Perasaan yang disertai pemikiran adalah pihak yang melahirkan iradah yang benar sekaligus memotivasi dan menjadikannya tetap menggelora serta menjamin produktivitas. Keterkaiatan antara akal dan iradah dalam kaidah kausalitas (qa’idah sababiyah) merupakan perkara yang harus ada dalam upaya merealisasikan tujuan dan menjalankan suatu aktivitas. Hal ini berlaku bagi aktivitas dan tujuan yang bersifat individual maupun kolektif.
QADHA’ DALAM AKTIVITAS
Munculnya qadha’ yang bisa menghalangi terwujudnya suatu tujuan termasuk ke dalam perkara, termasuk ke dalam kondisi khusus, bukan kondisi umum dalam kehidupan manusia. Tidak boleh memasukkan kondisi khusus tersebut sebelum atau pada saat melakukan aktivitas untuk mewujudkan tujuan.Qadha yang menghalangi cita-cita setelah dilakukannya hukum sebab-akibat cukuplah dijadikan penguat iman atas kekuasaan Allah SWT. Namun sababiyah tetap harus dilaksanakan secara konsisten dalam meraih cita-cita.
As-sababiyyah merupakan salah satu hukum alam dan aturan kehidupan dalam rangka mewujudkan tujuan di tengah-tengah kehidupan dunia ini. Tanpa As-Sababiyyah, tujuan-tujuan tersebut tidak akan terwujud, secara sunnatullah.
sumber https://alqandaly.wordpress.com/2014/02/02/rahasia-sukses-hukum-sebab-akibat/ 
other articel : http://www.nurqolbu.net/2014/04/hukum-sebab-dan-akibat-dalam-konsep-agama-islam.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar